Ir. Bigman Marihat Hutapea, M.Sc., Ph.D.(Dosen Teknik Sipil ITB)
Jangan Sampai Praktisi Kita Jadi Penonton Di Rumah Sendiri!
Empat puluh tahun memang waktu yang singkat, apalagi jika dibandingkan dengan seratus tahun yang hampir dilalui Program Studi Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB) sejak pertama kali didirikan. Banyak hal yang sudah dialami Ir. Bigman Marihat Hutapea, M.Sc., Ph.D sejak pertama kali menginjakkan kaki di kampus Ganesha.
Selama hampir empat puluh tahun ini juga Bigman, begitu Beliau biasa disapa, mengamati perkembangan keilmuan rekayasa sipil, khususnya di lingkungan ITB dan Indonesia secara umum. “Keilmuan kita mengalami perkembangan yang baik,” begitu tutur dosen dari bidang Rekayasa Geoteknik. Bukan tanpa alasan Beliau berpendapat. Menurutnya, saat ini semua staf pengajar Rekayasa Sipil ITB minimal telah mendapatkan gelar doktor (S3). Berpisahnya rekayasa geoteknik dari bidang rekayasa struktur, menurut Beliau, menunjukkan perkembangan yang positif. “Artinya, keilmuan kita berkembang menjadi semakin luas. Tidak diam di situ-situ saja,” katanya.
Sudah banyak hal yang dilakukan oleh dosen yang sempat menjabat sebagai Ketua Kelompok Keahlian Bidang Rekayasa Geoteknik Teknik Sipil ITB. Bigman Hutapea pernah menjabat sebagai Ketua Umum Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia (HATTI) selama 8 tahun. Selama menjalani masa jabatannya, Beliau gencar mempromosikan sertifikasi bagi praktisi geoteknik tanah air. “Ini penting dik. Kalau tidak melakukan sertifikasi, bagaimana bisa kemampuan engineering kita diakuidunia praktis?”, ujarnya bersemangat.
Selain berkiprah melalui institusi, Bigman Hutapea juga banyak terlibat dalam proyek infrastruktur. Menurutnya, keterlibatannya dalam proyek pendesainan dan pengawasan pembangunan Dam Rempang di Batam meninggalkan kesan tersendiri. “Ini semacam ledekan dari kontraktor untuk para doktor yang baru pulang studi. Semacam proyek percobaanlah menurut saya,” kenangnya. Proyek ini merupakan proyek pertama Beliau sejak kepulangannya dari Amerika paska menuntut ilmu dari University of Colorado. Di proyek ini, Bigman ditantang untuk menyelesaikan permasalahan timbunan di atas tanah lunak. “Semacam laboratorium pertama bagi kami yang baru pulang studi rasanya,” tambahnya.
Belum lama ini juga, Bigman Hutapea terlibat dalam proyek pembangunan Bandara Kualanamu, bandara internasional yang baru saja diresmikan di Medan beberapa waktu lalu. Pada saat itu, proyek mengalami kendala dalam pembangunan runway akibat kondisi tanah yang lunak. Beliau mengerjakan proyek ini bersama dengan Harmen Rahman, staf pengajar bidang Rekayasa Transportasi Teknik Sipil ITB. Menurutnya, Kualanamu ini merupakan proyek yang menarik. “Kualanamu didesain dan dibangun oleh orang-orang Indonesia dik. Artinya, praktisi kita memang qualified. Sumber daya manusia kita juga tidak kalah dari orang asing,” ucapnya bangga.
Menanggapi isu ASEAN Market Society yang dimulai 2015 nanti, Bigman Hutapea beranggapan bahwa secara umum kita masih perlu berbenah dalam banyak hal. Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan. Kekhawatiran tentang kualitas dan kesiapan praktisi dalam negeri supaya tidak hanya menjadi penonton di rumah sendiri. Pengalaman menjadi ketua HATTI memberikan gambaran nyata bagaimana kesiapan Indonesia menyambut pasar terbuka 2015 nanti. “Di daerah-daerah, knowledge dan skill kita masih kalah jauh. Yang sudah bersertifikat pun masih dapat dihitung dengan jari. Persaingan yang cukup berat,” tukasnya.
Walaupun demikian, menurutnya, banyak cara yang masih bisa diusahakan untuk menyiapkan industri konstruksi Indonesia. Langkah paling nyata adalah memperkuat keilmuan nasional. Menurutnya, di ITB sendiri saat ini semua dosen telah bergabung dengan asosiasi keahliannya masing-masing. “Setidaknya mereka telah dipersiapkan supaya tidak kaget saat free market dimulai,” jelasnya. Selain itu, perlindungan dari negara pun dirasa penting. Saat ini, proyek-proyek nasional banyak dikerjakan oleh orang-orang asing. Praktisi lokal harus diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya. Jika tidak, bukan tidak mungkin engineer-engineer kita kehilangan pekerjaan di rumah sendiri.
Bigman Hutapea memiliki harapan sendiri mengenai kiprah Alumni Sipil ITB (ALSI). Menurutnya, saat ini alumni sipil ITB terlalu ‘sukuisme’ dan terkesan milik pribadi. ALSI merupakan organisasi yang cukup besar. Jika ALSI yang banyak anggotanya ini bisa dihimpun dan dikoordinasikan dengan baik, bukan tidak mungkin ALSI dapat melakukan hal yang besar, tidak hanya untuk almamater. Dimulai dengan memperbanyak kegiatan untuk mempertemukan kembali alumni yang telah lama terpisah; mempererat tali silaturahmi, menggalang dana untuk pemberian beasiswa kepada mahasiswa, sampai berkontribusi dalam memberikan masukan kepada program studi terkait kebutuhan industri di masa depan sehingga lulusan teknik sipil ITB dapat disiapkan secara dini. “Banyak hal yang dapat Alsi lakukan untuk menunjukkan kontribusi nyata bagi bangsa ini,” tutupnya.
Video Conference
![]() |
1:1 Video Chat |
![]() |
Broadcast |
Agenda ALSI
Tokoh Sipil ITB & Indonesia
Ir. Bigman Marihat Hutapea, M.Sc., Ph.D.(Dosen Teknik Sipil ITB)
Jangan Sampai Praktisi Kita Jadi Penonton Di Rumah Sendiri! Empat…
Ir. I Wayan Sengara, MSCE, Ph.D. (Dosen Teknik Sipil ITB)
Halangan Bukan Alasan Untuk Menyerah! Adalah sosok-sosok…
Ir. Iwan Kridasantausa, M.Sc., Ph.D. (Dosen Teknik Sipil ITB)
Kenyataan bahwa teknik sipil akan terus berkembang di masa depan…