Ir. Eko Yuliantoro, SI ‘83, (Direktur Utama Bahana Securities)
Follow Your Heart
Lebih dari 17 tahun menahkodai salah satu perusahaansekuritas papan atas Indonesia, Bahana Sekuritas, Eko Yuliantoro, alumni Fakultas Teknik Sipil ITB lulusan tahun 1988 ini mengaku tidak pernah merencanakan perjalanan karirnya hingga berada di posisi sekarang.
“Saya mengikuti kata hati saja. Seperti kebanyakan mahasiswa, saat kuliah saya pengen sekali bisa jadi dosen dengan alasan sederhana agar pernah merasakan hidup di luar negeri. Didorong keinginan tersebut, sejak semester akhir kuliah atau sekitar tahun 1987, saya sudah jadi asisten dosen, mencoba melamar secara resmi, lolos hingga dapat Nomor Induk Pegawai (NIP). Tapi rupanya nasib berkata lain, dalam perjalanan naik kereta dari Bandung ke Jakarta saya bertemu teman yang saat itu baru saja diterima bekerja di Bank Niaga. Karena teman saya pintar bicara, promosinya luar biasa dan berhasil meluluhkan hati saya. Setelah itu saya memutuskan ikut melamar di bank yang sama dan diterima. Setelah diterima di dua tempat, Kampus dan Bank Niaga, saya sempat mengalami masa-masa pelik untuk membuat keputusan yang tepat. Sementara itu pihak Bank terus menghubungi untuk memastikan kapan saya mulai bisa masuk, disisi lain panggilan dari dosen di kampus juga mengejar kepastian. Akhirnya, setelah nggak bisa tidur berhari-hari, subuh-subuh sekitar jam 4 pagi, saat hujan sedang lebat-lebatnya di Bandung, saya memutuskan berangkat ke Jakarta, memilih Bank Niaga dan mengejar ikut masuk program training yang dilakukan dihari yang sama pada jam 8 pagi. Di awal-awal masa training, saya sempat agak frustasi karena buta sama sekali masalah keuangan, namun berbekal rasa penasaran semakin hari saya semakin menemukan keasyikan. Dan mungkin karena saya mulai serius mendalami, semua proses menjadi jauh lebih mudah, dan saya berhasil lulus hingga modul terakhir pelatihan. Saat itu juga saya menemukan kembali kecintaan saya pada angka, sesuatu yang sejak kecil memang saya sukai. Itulah awal perkenalan dan perjalanan saya berkecimpung di bisnis keuangan sampai hari ini,” ujar Eko yang akhirnya mendapatkan juga impian hidup di Luar Negeri karena ditugaskan memimpin kantor cabang Bank di Los Angeles, Amerika Serikat pada tahun 1992.
Kenyaman hidup di luar negeri ternyata tidak lantas membuatnya tahan berlama-lama. Meskipun sempat ditawari untuk melanjutkan masa tugas hingga tiga tahun berikutnya, Eko memilih pulang ke-Indonesia dan menerima tawaran seorang temannya untuk bergabung di Bahana Sekuritas. “Kalau bicara kenyaman dan kualitas hidup, selama di Los Angeles saya sudah dapatkan termasuk kesempatan jalan-jalan keberbagai negara di waktu libur. Hanya saja dengan jadwal kerja dan penugasan yang relatif monoton, saya kemudian berfikir untuk meningkatkan level tantangan agar kapasitas diri saya yang belum optimal dapat saya manfaatkan untuk mencapai fase kehidupan yang lebih baik. Di Bahana kemampuan saya makin terasah. Bekal ilmu selama di belajar di teknik sipil mempercepat proses kematangan saya. Pada dasarnya antara teknik sipil khususnya Sumber Daya Air (SDA) yang ditekuni dan bahasa keuangan filosofinya sama. Teori keseimbangan juga kita temui dalam akunting yang juga menuntut keseimbangan/balance. Saat menyusun cash flow, saya mengambil analogi air, mengalir saya. Berbekal kesamaan dan kecintaan saya pada angka, saya makin menikmati pekerjaan, terutama saat berusaha membuat setiap angka bisa bicara dan menari-nari di depan saya dan mengabarkan berita baik. Pengetahuan tentang infrastruktur juga besar manfaatnya saat saya harus berhadapan dengan klien atau mitra bisnis yang bergerak diberbagai bidang bisnis, termasuk infrastruktur,” penuturan Eko membuka” sedikit rahasia” kenapa dia bertahan dan menjadikan bidang keuangan sebagai pilihan hidupnya.
Obrolan makin hangat saat disinggung tentang wayang kulit, sesuatu di luar pekerjaan yang selalu membuat Eko bersemangat. Mengaku gemar memainkan tokoh Bima dan Gatotkaca semasa muda, karena kuat dan tangguh, kini Eko lebih memprioritaskan muatan cerita atau nilai saat harus memilih lakon yang didalanginya. “Bicara tentang wayang selalu membuat saya bersemangat. Wayang telah mewarnai kehidupan saya sejak TK. Meskipun masa kecil dan remaja lebih banyak saya habiskan di luar Jawa seperti Irian dan Manado, wayang begitu kuat mempengaruhi saya. Pertama mendengar ceritanya waktu kecil, saya langsung jatuh cinta. Saat kelas 5 SD saya sudah terbiasa menonton wayang semalam suntuk dan pada usia 10 tahun saya memutuskan belajar mendalang intensif sampai kelas 3 SMP, karena ibu saya mulai khawatir kalau saya nggak bisa lulus ujian. Wayang tidak hanya memberikan keseimbangan jiwa tapi juga pelajaran hidup, pengkayaan rohani dan spiritual kepada saya,” ujar Eko yang memilih merawat sendiri koleksi-koleksi wayang-wayang yang dimilikinya, sembari memainkannya jika ada kesempatan dan waktu yang pas untuk mendalang.
Menutup perbincangan kami menanyakan kepadanya tentang ALSI, juga teman-teman di Teknik Sipil yang masih bergelut dengan jadwal kuliah, atau sedang bimbang memilih bidang pekerjaan seperti yang pernah dialaminya beberapa tahun silam. “Alumni Teknik Sipil ITB jumlahnya banyak dan saya lihat banyak yang berhasil menduduki berbagai jabatan penting diberbagai profesi. Potensi mereka masih bisa dioptimalkan kalau ada kesempatan yang memungkinkan semua orang dengan berbagai latar belakang profesi ini terlibat dalam satu momen secara bersama-sama. Selama ini khan kecenderungannya kegiatannya lebih mengarah pada bidang yang memang menjadi core competence-nya seperti infrastruktur atau konstruksi, sehingga temanteman yang berkecimpung dibidang lain tidak bisa terlibat secara optimal. Mungkin kedepan perlu diperluas spektrum kegiatannya sehingga dapat melibatkan temanteman yang saya lihat juga banyak yang punya profesi unik, jauh diluar mainstreamnya. Bagi teman-teman yang masih belajar atau bingung memilih profesi, dunia teknik sipil adalah pilihan hidup. Asal kita punya latar belakang yang cukup sebagai bekal yang mendasar pasti bisa kita manfaatkan. Sebagai profesional berbekal dasar ilmu itu kita bisa bekerja diberbagai bidang yang kita inginkan, ikuti saya kata hati, tekuni apa yang menjadi passion. Dan nanti tidak perlu kaget, karena bisa jadi apa yang kita inginkan dan kita pikir sebagai sesuatu yang terbaik buat hidup kita ternyata bukanlah yang sebenarnya, hanya saja biasanya kita baru menyadari itu, nanti dikemudian hari,” Eko mengakhiri obrolan dan bergegas menyambut kesibukan di hari Senin yang penuh semangat.
Video Conference
![]() |
1:1 Video Chat |
![]() |
Broadcast |
Agenda ALSI
Tokoh Sipil ITB & Indonesia
Ir. Bigman Marihat Hutapea, M.Sc., Ph.D.(Dosen Teknik Sipil ITB)
Jangan Sampai Praktisi Kita Jadi Penonton Di Rumah Sendiri! Empat…
Ir. I Wayan Sengara, MSCE, Ph.D. (Dosen Teknik Sipil ITB)
Halangan Bukan Alasan Untuk Menyerah! Adalah sosok-sosok…
Ir. Iwan Kridasantausa, M.Sc., Ph.D. (Dosen Teknik Sipil ITB)
Kenyataan bahwa teknik sipil akan terus berkembang di masa depan…