Ir. Iwan Kridasantausa, M.Sc., Ph.D. (Dosen Teknik Sipil ITB)
Kenyataan bahwa teknik sipil akan terus berkembang di masa depan dan memerlukan interaksi langsung yang langsung bisa dapat dilihat dan dirasakan menjadi pertimbangan Ir. Iwan Kridasantausa, M.Sc., Ph.D. memilih teknik sipil sebagai jalan hidupnya. Bahkan saat memilih Teknik Sumber Daya Air (TSA) sebagai bidang keahliannya, Iwan muda melihat peluang besar di sana karena pada saat itu sumber daya manusianya masih sangat terbatas. “TSA juga menuntut interaksi sosial yang baik, ini yang menyenangkan,” kenangnya membuka pembicaraan.
Dosen dipilih Iwan Kridasantausa sebagai profesi bukan tanpa alasan. Menurutnya, dengan menjadi dosen Beliau dapat melakukan transfer ilmu kepada mahasiswanya; berbagi pengalaman, mengaplikasikan keilmuannya untuk kemaslahatan orang banyak. ‘Background keluarga saya juga dosen mas, jadi profesi dosen sudah familiar dengan kehidupan saya,” cerita dosen pengajar bidang TSA ITB.
Selain menjadi dosen, Iwan Kridasantausa juga kerapkali terlibat dalam proyek yang dilakukan oleh Dinas Ciptakarya. Beliau sering diminta untuk me-review masterplan drainase di suatu kawasan sebagai masukan untuk satuan kerja dan kontraktor pelaksana. Tidak hanya itu, Beliau juga sering diminta untuk memberikan pelatihan-pelatihan kepada para pekerja di lapangan. “Menarik menurut saya, itung-itung nambah bahan cerita di kelas mas,” jelasnya.
Seabad berdirinya program studi Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB) dimaknai mantan Pembantu Dekan I Bidang Akademik Universitas Gunadharma sebagai tantangan. Teknik Sipil ITB dianggap sudah cukup dewasa, sehingga kontribusi bagi bangsa Indonesia pun sudah sepantasnya untuk ditingkatkan. Di masa depan, diperlukan kemampuan untuk mengantisipasi dinamika dan ketidakpastian alam, terutama kaitannya dengan hidroklimatologi dalam parameter desain. Fenomena banjir rob, land-subsiden yang melanda di beberapa tempat perlu diantisipasi dengan teknologi yang mumpuni.
Selain itu, seratus tahun ini juga harus dimaknai sebagai ajang sinergisasi antar lembaga. Menurut ketua program Magister PSDA ITB periode 2010-2013, membangun jaringan dengan semua stakeholder itu penting, apalagi teknik sipil memang tidak bisa bekerja sendiri di lapangan. “Optimalisasi sangat diperlukan, terutama dengan multi disiplin ilmu yang lain,” jelasnya. Transparansi informasi pun menjadi penting, tatkala dihadapkan dengan tuntutan jaman modern di mana informasi menjadi sangat mahal. Jika keseluruhan ini dapat dipenuhi, Beliau yakin bahwa kualitas SDM Indonesia tidak kalah dengan negara-negara luar.
Lantas, apa saja yang perlu dipersiapkan lulusan teknik sipil supaya mampu menjawab tantangan perubahan jaman? Budaya pasif generasi muda Indonesia, jika terus dibiarkan, akan menjadi bumerang bagi mereka sendiri. “Dia yang pasif, dia yang akan tertinggal,” tuturnya bersemangat. Generasi muda saat ini harus mulai aktif berkegiatan, bisa dimulai dengan terlibat diskusi kecil di kelas, aktif berorganisasi. Organisasi merupakan wadah yang tepat untuk mengubah kebiasaan malu berpendapat yang sering dialami generasi muda Indonesia. Selain komunikasi, hal penting lainnya yang perlu dipersiapkan generasi muda Indonesia adalah kemampuan menulis laporan; bentuk lain dari komunikasi. Communication skill juga menunjukan karakteristik seseorang. Tidak akan berarti apa apa kepintaran seseorang jika tidak disampaikan. “Siapa yang tahu pemikiran kita. Tidak ada orang yang bisa membaca pikiran kalian, jika tidak disampaikan,” tegasnya.
“Buku ini akan menjadi bukti sejarah dan menunjukkan posisi alumni kita,” jawab Iwan Kridasantausa saat ditanya tanggapannya dengan pembuatan buku teknik sipil ITB ini. Indonesia seringkali bermasalah dengan pendokumentasian. Buku ini setidaknya mampu menyajikan database dan career improvement yang telah dicapai alumni Sipil ITB (ALSI). Dari pengalaman-pengalaman alumni ini juga, generasi muda dapat belajar banyak hal; menghadapi rintangan di lapangan. “Terkadang kita sering melupakan sejarah. Padahal, kita yang sekarang ada karena adanya masa lalu,” ucapnya.
Bagi Iwan Kridasantausa, ALSI merupakan jejaring dengan kesamaan latar belakang; teknik sipil. Mengingat pentingnya posisi dan perannya, ALSI diharapkan dapat menjadi wadah berkegiatan yang solid dan saling peduli. Oleh karena itu, diperlukan hubungan yang baik antara alumni dengan almamaternya. “Janganlah kita seperti kacang lupa kulitnya,” harapnya. ALSI yang mencakup semua alumni seharusnya menjadi media informasi perkembangan keilmuan kepada semua generasi. Yang menarik dari ALSI adalah keanggotaan ALSI sendiri. Saat ini keanggotaan ALSI terbatas pada lulusan strata satu (S1), lantas bagaimana dengan mereka yang baru saja bergabung saat menempuh pendidikan S2 atau S3? “Sedikit sentilan, siapa tahu pemberdayaan alumni sipil S2 dan S3 dapat mulai dipikirkan oleh para pengurus ALSI,” tutupnya mengakhiri pembicaraan.
Video Conference
![]() |
1:1 Video Chat |
![]() |
Broadcast |
Agenda ALSI
Tokoh Sipil ITB & Indonesia
Ir. Bigman Marihat Hutapea, M.Sc., Ph.D.(Dosen Teknik Sipil ITB)
Jangan Sampai Praktisi Kita Jadi Penonton Di Rumah Sendiri! Empat…
Ir. I Wayan Sengara, MSCE, Ph.D. (Dosen Teknik Sipil ITB)
Halangan Bukan Alasan Untuk Menyerah! Adalah sosok-sosok…
Ir. Iwan Kridasantausa, M.Sc., Ph.D. (Dosen Teknik Sipil ITB)
Kenyataan bahwa teknik sipil akan terus berkembang di masa depan…