Ir. Tjokorda Raka Sukawati, SI 64
The man who make the history
Jika ingin menguji seberapa terkenalnya Sosrobahu, coba cek melalui mesin pencari di internet Anda. Seketika, dalam beberapa detik saja keingintahuan Anda terjawab. Tak salah lagi, Sosrobahu dengan segala hal yang terkait didalamnya memang demikian terkenal dan mendunia, bahkan hingga mengalahkan ketenaran penemunya, Ir. Tjokorda Raka Sukawati.
Ir. Tjokorda Raka Sukawati, sang penemu ide briliant ini adalah bangsawan asal Ubud, Gianyar, Bali yang juga merupakan salah satu alumni terbaik Teknik Sipil ITB Kering lulusan tahun 1964. Sebagai insinyur sipil yang sempat dididik langsung para dosen jebolan Delft University, Belanda, beliau terbiasa melakukan berbagai hal dengan cermat sambil tetap menghidupkan intuisi dan memperhitungkan kondisi lingkungan disekitarnya. Tindakan sederhana yang diakuinya justru seringkali memberinya inspirasi, jawaban, kunci penting saat mengalami kebuntuan dalam memecahkan masalah.
“Kepekaan pada lingkungan dan kreativitas berfikir sangat penting bagi seorang insinyur”. Profesi insinyur bukan melulu menyangkut hal-hal teknis saja. Seorang insinyur yang hanya terpaku pada teori dan rumus-rumus yang sudah ada tanpa mau memikirkan solusi baru yang bermanfaat bagi lingkungannya, atau memberikan jawaban atas suatu permasalahan yang didasari keberanian melakukan terobosan, belumlah lengkap menyebut dirinya insinyur. Saya sangat serius dalam bekerja, tapi saya juga gampang terharu dan menangis saat melihat dan peristiwa yang menyentuh hati. Seorang insinyur butuh kepekaan, sensitivitas. Saat Ir. Ciputra mengatakan hal yang sangat sederhana kepada putra, “Abi you must be pround to have a father like him”, saya menangis haru, “tidak ada yang mampu menahan air mata saya,” ungkap insinyur yang mengaku banyak terispirasi oleh kondisi dilingkungan sekitarnya saat berkarya ini dengan tulus.
Sosrobahu adalah salah satu bukti “keinsinyurannya”, diluar prestasi lain yang telah dihasilkannya bahkan sebelum menamatkan pendidikan di Technische Hoogeschool te Bandoeng (TH Bandung) yang sekarang di kenal sebagai ITB. Berkat kecerdasan dan kreativitas yang tinggi, teknologi Sosrobahu diapresiasi dan telah dimanfaatkan diberbagai negara di Asia. Sosrobahu lahir sebagai jawaban atas sulitnya pembangunan jalan tol diatas jalanan yang sudah ramai serta keterbatasan dan mahalnya biaya pembebasan lahan untuk pembangunan jalan. Melalui karya ini, Ir. Tjokorda Raka Sukawati (dikenal koleganya dengan panggilan Pak Raka.red), telah membuktikan bahwa dia memang pantas menyandang gelar insinyur.
Setiap penemuan penting yang bersejarah selalu menyimpan kisah menarik, itupun terjadi pada kisah Sosrobahu, Pak Raka bahkan menyebutnya berat dan berliku. “Penemuan umumnya terjadi jika ada peristiwa yang secara normal tidak bisa diselesaikan dengan cara biasa. Untuk itu seorang penemu, seringkali harus siap berjalan sendirian, menempuh jalan sunyi. Dikucilkan bahkan terkadang dilecehkan. Hanya mental yang teguh dan keyakinan yang kuatlah yang akan membantu bertahan dan membuktikan bahwa apa yang diyakininya benar. Dalam kondisi dilematis ini pilihannya hanya dua, terus memperjuangkan keyakinan dan siap berkorban, atau berhenti dan menanggung malu. Saya memilih terus mencoba dan menanggung semua risiko. Akibatnya banyak hal menyakitkan yang saya alami dalam prosesnya, tanpa mengabaikan apresiasi yang saya dapatkan kemudian. Perhatian dan dukungan hampir tidak ada. Terkadang saya seperti orang gila yang berjuang sendirian. Hal yang lebih memprihatinkan karena dampaknya juga dirasakan istri, anak-anak dan keluarga”, Pak Raka Sukawati nampak begitu emosional saat menceritakan kembali peristiwa monumental yang dialaminya lebih dari tiga dekade silam itu dengan suara tercekat.
Wajar kalau pengalaman masa lalunya melekat begitu kuat dalam ingatan, mengingat saat itulah ia mencapai puncak karir yang diperjuangkannya dengan kerja keras dan pengorbanan. Kisah Sosrobahu bermula dari rencana Bina Marga membangun jalan tol dari Jagorawi ke Tanjung Priok pada tahun 1976.
Dalam rencana awal, proyek tersebut rencananya akan dikerjakan oleh Korea. Namun demikian, dalam perjalanannya muncul ide dari Direktur Utama PT Jaya Lamtoro Gung, Siti Hardiyanti Rukmana (Ibu Tutut) untuk menggarap pekerjaan tersebut bersama-sama beberapa perusahaan nasional. Maka bergabunglah PT Hutama Karya, PT Jaya Lamtoro Gung, Pabrik Baja Krakatau Steel Cilegon dan pabrik semen Tiga Roda. Untuk membagi penanganan proyek sepanjang 6km tersebut dilakukan pengundian. Hutama Karya mendapat tugas untuk membangun ruas Cawang sampai Jalan Pemuda. Sebagai orang paling senior, Ir. Tjok Raka Sukawati kemudian dipercaya sebagai Ketua Manajemen Proyek.
Terbentuknya perusahaan bersama ternyata tidak lantas menyelesaikan masalah. Masalah justru timbul saat proyek akan dieksekusi. Kondisi di lapangan yang tidak mudah, sementara belum terpikirkan cara untuk membangun jalan diatas jalan yang ramai dan bahkan sudah mulai ruwet lalu lintasnya. Kalau mau membangun jalan biasa, dimana tanahnya? Pilihan menghancurkan bangunan yang sudah ada juga bukan pilihan bijak memakan biaya yang tidak sedikit, serta dapat menimbulkan keributan yang bisa berimbas pada persoalan politik.
Sebagai ketua manajemen proyek, Pak Raka mencoba mengusulkan berbagai macam cara konvensional, yang dipatahkan anggota tim lainnya. Cara dengan bekisting tidak mungkin diterapkan karena menggangu lalu lintas, melakukan pembangunan segmental memakan banyak waktu dan biaya, dan jika dilakukan dengan mengantung blok beton dengan beban mencapai 480ton pasti sangat berisiko.
Masalah tak juga terpecahkan, sementara batas waktu penyelesaian pekerjaan semakin mendesak. Kondisi ini memaksa Pak Raka memutar otak agar dapat menemukan cara yang praktis, efisien dan aman untuk dieksekusi. Ditengah tekanan yang makin menguat, dalam rapat terakhir, beliau mengusulkan akan membuat kepala tiang yang akan diputar dengan bantuan alat pemutar. Setelahnya, baru akan dipasang bekisting kepala tiang, sejajar dengan jalan ditengah jalan. Setelah beton tersebut kuat, bekisting lalu diputar.
Reaksi mengejutkan diterima Pak Raka. Belum tuntas pemaparannya, seluruh peserta rapat meneriakkan kata setuju, sambil mengatakan bahwa ini metode ini belum pernah ada dan dilakukan didunia. Mendengar komentar tersebut, beliau tertegun mengingat belum ada satu idepun yang dimilikinya untuk membuat alat pemutar tersebut. Dia menemukan titik terang, tapi sekaligus masalah baru.
Hari-hari setelah rapat tersebut dikenangnya sebagai masa-masa penuh tekanan. Desakan untuk menyelesaikan proyek tepat waktu membuat seluruh anggota timnya mendesak lebih kuat. “Saat itu saya sangat tertekan. Semua orang menunggu apa yang akan saya lakukan, sementara disisi lain saya belum ada ide apapun. Desakan mulai mengarah pada protes, kemarahan bahkan ada yang secara terang-terangan menyatakan bahwa ide gila saya tidak mungkin dilakukan. Saya berusaha tenang, karena kalau mau berfikir normal, pendapat mereka ada benarnya. Memutar beban seberat 450 ton memang bukan pekerjaan mudah. Itulah tantangan terbesar yang harus saya hadapi dan selesaikan. Ditengah kegundahan itu, saya sebagai manusia berusaha semaksimal mungkin sambil tidak berhenti berdoa dan berharap bahwa Tuhan akan mengirimkan pertolongan-Nya untuk membantu saya keluar dari masalah ini”.
- +Dongkrak Hidrolik Mercy Kesayangan
Ditengah kegundahan hatinya, Pak Raka tetap menjalankan hobinya mengotak-atik Mercedes Benz (1974), kesayangannya di akhir pekan. Saat bersiap memperbaiki mobil tersebut, bagian depan mobilnya (hidung) diangkatnya dengan dongkrak sehingga dua roda belakang bertumpu di lantai yang licin karena ceceran tumpahan oli. Begitu disentuh, tiba-tiba badan mobil berputar dengan titik sumbu dongkrak sebagai penopang.
Melihat kejadian tersebut, seketika ia tersadar dan teringat salah satu rumus fisika yang mengatakan bahwa dengan meniadakan gaya geseknya, benda seberat apa pun akan mudah digeser. Kejadian ini memberinya inspirasi bahwa pompa hidraulik dapat di manfaatkan untuk mengangkat benda berat, dan bila bertumpu pada permukaan yang licin, benda tersebut akan mudah digeser.
Tanpa menunggu lama, mobil ditinggalkannya. Pak Raka bergegas menuju meja gambarnya dan mulai menggambarkan idenya sehingga mendapatkan gambaran yang lebih jelas. Ia mengerahkan segala kemampuan dan mengamati dengan cermat setiap proses serta kemungkinan-kemungkinannya. Setelah itu Pak Raka juga melengkapi gagasannya dengan memanfaatkan beberapa hukum fisika sederhana yang telah dipelajarinya sejak kecil. Salah satunya yaitu hukum Pascal yang menyatakan bahwa “Bila zat cair pada ruang tertutup diberikan tekanan, maka tekanan akan diteruskan segala arah”.
Hukum fisika ini kemudian menuntunnya untuk memanfaatkan zat cair, dalam hal ini ia menggunakan minyak oli (minyak pelumas). Bila tekanan P dimasukkan dalam ruang seluas A, maka akan menimbulkan gaya (F) atau sebesar P dikalikan A. Persoalan belum selesai mengingat masih ada ada variable lain yang mempengaruhi keefektifan rancangannya, diantaranya adalah jenis minyak yang digunakan yaitu yang tidak boleh rusak kekentalannya (viskositasnya). Minyak menjadi penentu yang krusial, karena minyak inilah yang akan meneruskan tekanan untuk mengangkat beton yang berat tersebut. Setelah menemukan hal tersebut, Pak Raka memutuskan membuat model untuk menguji hipotesanya.
“Saat percobaan pertama semua Direksi datang menyaksikan saat pompa hidrolik dengan tekanan di atas 80ton itu diputar. Semua lancar, namun kemudian timbul masalah karena saat di release bagian atasnya tidak mau turun. Melihat kegagalan ini, semua Direksi pergi, angkat tangan dan menyerahkan semua urusan menjadi urusan saya. Bayangkan menderitanya saya. Dari sisi sosial tidak ada yang membantu, apalagi mendukung. Hal yang paling banyak saya dapatkan saat itu justru komentar yang tidak mengenakan hati. Menyedihkan, tetapi disisi lain hal ini memacu saya untuk tidak berhenti memikirkan cara dan membuktikan bahwa saya bisa dan apa yang saya yakini benar-benar bisa diwujudkan”.
Sebagai penemu, seorang insinyur lulusan sekolah teknik terbaik di Indonesia, Pak Raka berusaha keras mencari sumber kegagalannya. Dengan bantuan seorang sahabat dari Bali, Pak Wayan yang bekerja di sebuah pabrik Cor, Pak Raka mendapatkan model yang diinginkannya. Barang tersebut diperoleh, dibawa dan dicobanya bertepatan dengan ulang tahunnya, tanggal 3 Mei. Sebagian koleganya bersikap sinis, dan mengatakan bahwa model yang dibawanya adalah martabak. Ditengah kondisi itu, Pak Raka memantapkan hati untuk tetap melakukan uji coba, meskipun tak ada seorang Direksipun yang mau hadir. Uji coba dilakukan dihadapan 2 (dua) anak pegawai dan seorang pegawai yang bertugas menekan alat hidrolik. “Saya coba dengan beban 80ton, saya senggol sedikit saja sudah bergerak. Saya senang dan optimis, tapi sekaligus bertanyatanya, apakah nanti jika beban ditambah masih bisa bekerja sebaik ini? Pekerjaan rumah saya masih banyak”.
Untuk lebih meyakinkan diri dan melakukan persiapan lebih lanjut, Pak Raka kemudian melaporkan keberhasilan uji cobanya kepada PU, sekaligus menghubungi Ibu Tutut untuk membantunya membuat pondasi. Untuk menindaklanjuti hal tersebut kemudian bangun bak berukuran 8m x 1,5m yang diisi pasir. Replika yang dipakai untuk percobaan ini sekarang diletakkan dilapangan Jatinegara, Jakarta Timur.
“Saya senang sekaligus tegang mengetahui bahwa Ibu Tutut akan mempersiapkan alat yang saya butuhkan. Namun saya dibuat kaget luar biasa setelah mengetahui bahwa beliau membuat 16 buah, bukan satu seperti yang saya rencanakan. Waduh, ini masalah baru, bagaimana jika saya gagal melakukan ini, berapa biaya yang akan terbuang sia-sia? Hal yang lebih penting lagi bagaimana saya akan mempertanggungjawabkan masalah ini. Kalau ini gagal, habislah sudah nama saya, karir saya, reputasi yang telah saya bangun selama bertahun-tahun. Kesempatan untuk ikut memberikan sumbangsih dan kepada bangsa dan negara juga pasti akan sirna”.
Pak Raka merasakan ketegangan yang luar biasa karena sebelum pekerjaan dirancang dan diputuskan akan digarap oleh putra-putri Indonesia, ia menerima pesan yang sangat jelas dari Presiden Soeharto melalui Ibu Tutut. Pesan pentingnya agar proyek yang untuk pertama kalinya digarap secara nasional ini dapat diselesaikan tepat waktu, tidak boleh terlambat. Kualitas harus sangat bagus dan akan jauh baik jika dalam pengerjaannya ada hal-hal baru yang ditemukan. Amanat ini terus membayangi pikiran dan memacunya untuk mengerahkan seluruh kemampuan yang dimilikinya.
- +Keajaiban dan Restu Orang Tua
Tibalah hari yang sangat menentukan, sebuah hari yang disebutnya penentuan hidup dan mati. Tepat pada tanggal 27 Juli 1998, pukul 22.00 Waktu Indonesia Bagian Barat, ratusan pasang mata bersiap menyaksikan pemutaran lengan beton jalan seberat 440ton. Sebelum memulai tugasnya melakukan pemutaran lengan beton tersebut, Pak Raka melaporkan kesiapannya kepada Ibu Tutut. Pak Raka sempat terkesiap saat Ibu Tutut dengan tegas menanyakan kesiapannya melakukan tugas berat itu.
“Saya kaget karena beliau samasekali tidak menyingung kesiapan saya secara teknis. Pertanyaannya mendasar. Beliau bertanya, apakah saya yakin dapat melakukan ini. Sempat tertegun sejenak, saya kemudian menjawab mantap, yakin 100%. Beliau lega mendengar jawaban saya dan mempersilahkan saya untuk naik ketempat konstruksi yang akan diputar. Saat berada diatas, saya gemetar dan diliputi keraguan. Saya kemudian naik sambil membawa dupa/hio dan bunga, saya sembahyang. Sebagai penganut agama Hindu saya berdoa, memohon bimbingan Ida Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa agar dapat menuntaskan pekerjaan dan tanggung jawab ini dengan sebaik-baiknya. Disaat hening tersebutlah, saya mendengar keajaiban. Saya mendengar bisikan yang menyebutkan angka 78, sangat lirih dan halus. Tanpa berpikir lagi, langsung saya perintahkan tim untuk mulai memutar lengan beton. Secara bertahap digerakkan melalui beberapa tekanan. Meskipun berdasarkan perhitungan sebelumnya lengan beton diperkirakan bergerak di tekanan 105kg/cm2, saya terus memerintahkan tim mengerakkan hingga mencapai tekanan 78kg/cm2. Keajaiban terjadi. Tepat dihitungan 78, lengan beton seberat 440kg bergerak, berputar. Badan saya gemetar, air mata bercucuran tanpa bisa saya tahan. Dibawah sorotan ratusan lampu kamera, riuh tepuk tangan, serta kumandang lagu Padamu Negeri saya menangis tersedu-sedu”, kali ini sudut matanya terlihat menitikan air mata, penuh haru.
Tidak banyak yang tahu bahwa tangisannya saat itu tidak semata karena apa yang diperjuangkannya kini terbukti benar adanya. Jauh didalam lubuk hatinya, Pak Raka sesungguhnya tengah mengenang keberadaan almarhum ayahandanya yang persis pada hari itu, tepat tanggal 27 Juli 1996, dua tahun yang lalu telah berpulang. “Sebelum wafat beliau mengisyaratkan bahwa kelak, dua tahun lagi akan ada peristiwa penting. Saat beliau berpulang, sempat ada penyesalan dalam hati saya, karena saya sebagai anak tidak dapat membuatkan beliau upacara ngaben yang layak. Keberhasilan ini telah membuka jalan bagi saya untuk mewujudkan keinginan tersebut, memberikan yang terbaik bagi bapak. Seandainya saja saat itu, dihari yang paling bersejarah dalam hidup saya beliau masih ada, pasti beliau akan sangat bangga,” kali ini Pak Raka tertunduk begitu dalam.
- +Sosrobahu, Persembahan Bagi Negara
Pembangunan terus berlanjut, pada pemasangan tiang ke-85, di awal Nopember 1989, Presiden Soeharto menyatakan keinginannya untuk ikut menyaksikannya pemutarannya. Meskipun tidak lagi setegang pemutaran awalnya, kehadiran orang nomor satu yang sangat disegani ini membuatnya harus mempersiapkan segala hal dengan sebaikbaiknya. Pak Raka mengakui secara teknis, selalu tetap ada saja kendala-kendala diluar perhitungannya, namun sekali lagi selalu ada jalan baginya untuk selamat dan menyelesaikan semuanya dengan baik.
Dalam momen bersejarah ini, setelah usai menunaikan tugasnya memutar lengan beton ke-85, Pak Raka menemui langsung Presiden Soeharto. Pak Raka disambut ucapan selamat yang mengharukan. “Pak Raka, terimakasih. Bapak telah ikut membesarkan nama bangsa, sekarang bapak minta apa?”.
Ungkapan tulus dan tawaran Presiden Soeharto justru membuatnya tidak sanggup berkata-kata. “Kalimat yang keluar dari mulut saya, saya justru minta beliau berkenan memberikan nama atas temuan saya. Saya juga menyampaikan kepada beliau bahwa karya saya, saya persembahkan kepada negara. Beliau menepati janji. Tiga hari kemudian saya mendapat kabar, beliau mengirimkan nama Sosrobahu untuk karya saya. Nama itu diinspirasi dari ajaran Triwikrama. Triwikrama adalah kemampuan titisan Wisnu dan beberapa makhluk lainnya untuk berubah ujud menjadi raksasa yang amat besar dan bertangan seribu. Dalam cerita pewayangan, tokoh titisan Wisnu yang sering melakukan Triwikrama adalah Arjuna Sasrabahu dan Kresna. Saya melihat kaitannya bahwa dalam proses ini saya, orang-orang biasa yang tidak punya kemampuan apa tibatiba bisa melakukan sesuatu yang begitu besar dan penting. Ini pasti terjadi sepenuhnya atas kehendak Tuhan, tanpa itu saya tidak berarti apa-apa”, ungkapnya rendah hati.
Pak Raka layak bangga dan lega karena apa yang menjadi keinginan Presiden Soeharto terhadap pekerjaan ini dapat diwujudkannya. Proyek dapat diselesaikan tak hanya tepat waktu, tapi bahkan sembilan (9) bulan lebih cepat dari yang dijadwalkan, penyelesaiannya rapi, serta yang terpenting mampu melahirkan inovasi. Inovasi yang kemudian tidak hanya bermanfaat bagi Indonesia, tapi juga turut mengharumkan nama bangsa di hingga keberbagai belahan dunia.
Setelah peristiwa itu, banyak orang membicarakan datangnya angka “ajaib” yang oleh beberapa kalangan sempat disebut sebagai wangsit juga klenik. Meskipun penemuan awalnya diliputi “misteri” belakangan dalam proses perhitungan yang dilakukan di laboratorium yang dibangunnya sendiri, Pak Raka membuktikan bahwa melalui perhitungan secara ilmiah juga diperoleh hasil sebesar 78,05 kg/cm2, nyaris sama dengan angka “wangsit” yang diterimanya saat berdoa diatas konstruksi tiang jalan tol yang dibangun dan diputarnya untuk pertama kali.
- +Keprihatinan, Paten dan dan Harapan
Sebagai karya habat yang belum pernah ada didunia sebelumnya, hak paten atas karyanya telah diterima dari pemerintah Jepang, Malaysia, Filipina. Dari Indonesia, Dirjen Hak Cipta Paten dan Merek telah mengeluarkan patennya pada tahun 1995, sedangkan Jepang memberinya pada tahun 1992.
Teknologi Sosrobahu juga sudah digunakan diberbagai negara seperti : Philipina, Malaysia, Thailand dan Singapura, sedangkan Korea Selatan malah masih bersikeras ingin membeli hak patennya. Di Kuala Lumpur Sosrobahu telah terpasang sebanyak 135. Lain halnya Philipina. Salah satu jalan layang terpanjangnya di Metro Manila, yakni ruas Vilamore-Bicutan, serta 298 tiang jalan lainnya juga telah memanfaatkan teknologi Sosrobahu.
Khusus untuk pemanfaatan Sosrobahu di Philipina, Presiden Fidel Ramos, bahkan menyempatkan diri bertemu secara khusus dengan Pak Raka. “Inilah temuan Indonesia, sekaligus buah ciptaan putra ASEAN”, penemuan saya, karya anak bangsa Indonesia yang tidak mendapatkan penghargaan dan cenderung mulai dilupakan, justru sangat dihargai negara lain. Menyedihkan sekali”, pungkasnya sambil mengembuskan nafas, berat.
- +Tjokorda Raka Sukawati
Ubud, Gianyar, Bali, 3 Mei 1931
Pendidikan Terakhir
Sarjana Teknik Sipil Kering ITB
Pendidikan Tambahan
- 8 Agustus 1988; Ceramah alat landasan bebas hambatan pada seminar nasional 80 tahun R. Roosseno. Jakarta ’s North South Link, Innovative Construction Method For 12 km Flyover .
- 1974-1975; Konferensi Kontraktor Asia Pasifik (IWAPCA) di Tokyo Jepang dan terpilih sebagai Executive Board .
- 1989; Regional Conference on Planning, Design, Construction, Maintenance of Road Highway 7 Bridges 26 June 1989 di Kuala Lumpur, Malaysia .
- June, 1990; FIP’90 Congress, Hamburg .
Catatan Karir
- 1962; Bekerja sebagai pengawas pada pembangunan Reaktor Atom Triga Mark, Badung.
- 1964; Masuk P.N. Hutama Karya bertugas di Proyek Airport Bali.
- 1965-1966; Aktif dalam pembentukan Fakultas Teknik Universitas Udayana disamping sebagai Ketua Jurusan Arsitektur.
- 1967; Diangkat sebagai Dekan Fakultas Teknik Universitas Udayana disamping sebagai Wakil Kepala Cabang IV PT Hutama Karya Bali
- 1968; Diangkat sebagai Kepala Bangunan universitas Udayana disamping sebagai Dekan Fakultas Teknik Universitas Udayana dan Wakil Kepala Cabang IV PT Hutama Karya Bali.
- 1971; Diangkat sebagai Direktur Keuangan PN Hutama Karya.
- 1973; PN Hutama Karya dibah statusnya menjadi PT (Persero) Hutama Karya. Berdasarkan surat keputusan Menteri Keuangan RI diangkat kembali sebagai Direksi PT (Persero) Hutama Karya dengan jabatan Direksi.
- 1974; Executive Board Kontraktor Asia Pasifik (1974-1975) yang dipilih dalam Konferensi Kontraktor Asia Pasifik (IFAWCA) di Tokyo.
- 1975; Disamping menjabat Direktur PT (Persero) Hutama Karya, juga ditunjuk sebagai President Director PT Hutama Karya Takenaka Corporation Indonesia (perusahaan joint venture).
- 1976-1979; Diangkat sebagai Direktur Teknik PT (Persero) Hutama Karya.
- 1979-1986; Diangkat Sebagai Direktur Administrasi & Keuangan PT (Persero) Hutama Karya.
- 1982-1983; Diangkat Sebagai Direktur Administrasi & Keuangan PT (Persero) Hutama Karya dan Care Taker Direktur Utama.
- 1982; Merangkap sebagai Direktur PT Panca Perkasa Indonesia dan PT Perintis Indonesia (Anak Perusahaan PT Hutama Karya).
- 1986; Ditugaskan sebagai Direktur Operasi II/Luar Negeri PT Hutama Karya.
- 1988; Ditunjuk sebagai Direktur Utama PT Hutama Karya.
Tanda Jasa
- 12 Agustus 1987; Satya Lencana Pembangunan.
- 15 September 1988; Piagam Pengabdian Penghargaan Pemerintah atas jasanya terhadap negara dalam menciptakan Sistem Landasan Putar.
- 10 Agustus 1989; Bintang Jasa Pratama.
- 1 Juni 1989; Medali Teknik Unggul oleh Perhimpunan Ahli Teknik Indonesia dan Rekayasa Bakti Madya dari Persatuan Insinyur Indonesia.
- 31 Mei 1993; Adhicipta Rekayasa bidang konstruksi dari Persatuan Insinyur Indonesia.
Video Conference
![]() |
1:1 Video Chat |
![]() |
Broadcast |
Agenda ALSI
Tokoh Sipil ITB & Indonesia
Ir. Bigman Marihat Hutapea, M.Sc., Ph.D.(Dosen Teknik Sipil ITB)
Jangan Sampai Praktisi Kita Jadi Penonton Di Rumah Sendiri! Empat…
Ir. I Wayan Sengara, MSCE, Ph.D. (Dosen Teknik Sipil ITB)
Halangan Bukan Alasan Untuk Menyerah! Adalah sosok-sosok…
Ir. Iwan Kridasantausa, M.Sc., Ph.D. (Dosen Teknik Sipil ITB)
Kenyataan bahwa teknik sipil akan terus berkembang di masa depan…