Prof., Ir. Sofia W Alisjahbana, M.Sc., Ph.D., SI ‘81 (Rektor Universitas Bakrie)
Indonesia Masih Menunggu Karya Putra-Putri Bangsa
Di masa Indonesia membangun seperti sekarang ini, lulusan Teknik Sipil tentunya mempunyai peran yang sangat besar untuk turut serta memberikan sumbangsih bagi kemajuan bangsa. Namun kenyataannya tidak banyak orang yang bekerja di bidang teknik sipil, apalagi jika mengingat kualifikasinya, ternyata lulusan Teknik Sipil dari berbagai universitas tidak memiliki kemampuan yang sama.
Hal ini merupakan pekerjaan rumah sekaligus tantangan bangsa yang ikut menggugah hati seorang Prof. Ir. Sofia Alisjahbana, M.Sc., Ph.D, untuk ikut berpartisipasi aktif memajukan pendidikan di Indonesia, terutama pendidikan keteknikan.
Lulusan Teknik Sipil ITB tahun 1986 sekaligus pemegang gelar Doctor of Philosophy bidang Engineering Mechanics dan Astronautics dari Universitas Wisconsin-Madison, USA, ini sangat menyayangkan tidak meratanya kemampuan yang dimiliki lulusan teknik sipil saat ini, terutama mereka yang berasal dari luar kota besar di Tanah Air.
“Sehingga sulit memang bagi mereka untuk menjadi lulusan yang tepat guna dan memiliki beragam kemampuan,” ungkapnya dalam sebuah wawancara di ruangan kerjanya suatu hari.
Rektor Bakrie Unviersity sejak Maret 2010 ini disatu sisi memang tidak menyalahkan para lulusan tersebut. Namun pada kenyataannya, absennya fasilitas pendukung di universitas-universitas tempat mereka menuntut ilmu menjadi salah satu faktor masih rendahnya kualifikasi para lulusan teknik sipil di berbagai daerah tersebut.
- +Semangat Untuk Mendidik
Kecintaan Sofia pada dunia akademis memang benar-benar panggilan hatinya sendiri, bukan tanpa paksaan. Hal ini juga dilatari kesadaran tinggi akan pentingnya pendidikan terhadap kemajuan suatu bangsa.
Kecintaannya untuk mengajar dan melakukan riset bahkan sanggup mengalihkan minatnya dari terjun ke bidang bisnis konstruksi yang digeluti ayahnya yang kebetulan adalah seorang teknokrat handal di bidang gempa.
Tapi Sofia sedikit banyak memang terpengaruh dengan keahlian yang dimiliki sang ayah sehingga memantapkannya untuk memilih Teknik Sipil ITB dari sekian banyak jurusan yang ada. Tentunya pilihannya itu sangat didukung ayahnya yang senantiasa mengutamakan pendidikan di atas segalanya.
Namun awal Sofia jatuh cinta pada kegiatan mengajar itu justru dipupuk saat Sofia berhasil meraih posisi Teaching Assistant di Universitas Wisconsin, USA, di mana dia menimba ilmu di bidang mechanical engineering.
“Untuk meraih posisi itu tidaklah mudah. Saya membuktikannya dengan meraih skor GPA 4,0 di semester 1 atau dengan kata lain seluruh mata pelajaran mendapat nilai A. Biasanya untuk orang asing itu, mereka hanya dikontrak per semester atau per tahun, tapi saya langsung dikontrak 4 tahun dan itu atas rekomendasi dari advisor-nya,” ceritanya.
Menurutnya prestasi itu merupakan salah satu bukti jika pendidikan dasar di ITB itu sangat baik, meskipun banyak faktor lain yang menentukan.
Kegiatan mengajar di Jurusan Engineering Mechanics yang dibarengi dengan kegiatan sebagai Reserach Assistant untuk bidang yang sama itu berlangsung dari tahun 1987 hingga 1992 dan Sofia termasuk salah satu pengajar yang difavoritkan mahasiswa saat itu karena keramahannya.
Sementara itu, Sofia terus mengasah kemampuan mengajarnya dengan mengambil kuliah singkat (short courses), yaitu di antaranya ‘Engineering an Education: Quality Teaching’ tahun 1992 dan ‘Getting Off on the Right Foot: Cultural Differences’ tahun 1991 di Universitas Wisconsin.
- +Lebih Cinta Indonesia
Tapi panggilan untuk memajukan pendidikan di Indonesia membuatnya kembali ke Tanah Air. Sofia ingat betul bahwa sang ayahlah yang ikut menyadarkan dirinya bahwa negeri ini masih membutuhkan karya anak bangsa.
“Saya ingin memajukan pendidikan tinggi di Indonesia, karena saya percaya daya saing bangsa itu ditentukan lulusan perguruan tingginya,” demikian ungkapnya.
Sekembalinya Sofia ke Tanah Air pada tahun 1993, Sofia sempat berkiprah di PT Wiratman and Associates sebagai Manager Divisi Research and Development.
Namun itu hanya bertahan selama 6 bulan karena pada Oktober 1993, dia memilih hengkang dan bergabung dengan Universitas Tarumanegara sebagai salah satu staf pengajar.
Perjalanannya untuk memajukan dunia pendidikan dimulai di universitas ini. Selama 16,5 tahun, Sofia mengabdi hingga menjadi salah satu guru besar di universitas tersebut dan mencatat prestasinya sendiri sebagai pendiri program Doktor untuk Jurusan Teknik Sipil Universitas Tarumanegara.
Tak hanya berkiprah di lingkungan universitas saja, Sofia juga mengembangkan jaringan pendidikannya dengan aktif sebagai koordinator wilayah dan Assessor badan sertifikasi perguruan tinggi.
Kegiatan inilah yang semakin membuka mata Sofia betapa negara ini membutuhkan perguruan tinggi yang berkualitas, terutama untuk menghasilkan lulusan teknik sipil yang handal.
“Kadang-kadang saya temui perguruan tinggi yang tidak mempunyai laboratorium atau koleksi perpustakaannya saja mungkin lebih banyak koleksi di ruang kerja saya. Setiap saya pulang dari kunjungan ke salah satu perguruan tinggi, saya malah terenyuh,” tuturnya.
Menurut Sofia, jika Indonesia tidak memiliki kepemimpinan yang baik, akan sulit untuk menerapkan hal-hal yang masuk dalam rencana strategis (renstra) pendidikan Indonesia. Oleh karenanya, tantangan Sofia adalah bisa menyumbangkan sesuatu bagi dunia pendidikan di Indonesia, di manapun dia berkiprah.
- +Itu Berarti Termasuk Di Universitas Bakrie
Berawal dari status Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bakrie Schoool of Management, Sofia ditantang untuk mengembangkan sekolah itu menjadi sebuah universitas. Itu berarti Sofia harus mengembangkan dari hanya 2 program studi menjadi 10 program studi agar dapat memenuhi syarat untuk menjadi universitas.
Jika dulu sekolah itu hanya terdiri dari bidang studi manajemen dan akuntansi, kini siswa memiliki lebih banyak pilihan dengan masuknya bidang studi Ilmu Politik, Sistem Informasi, Teknik Industri, Teknik Informasi, Teknik Sipil, maupun Teknik Lingkungan.
Kini tantangan Sofia tinggal satu lagi, yaitu mewujudkan mimpi sang ayah untuk mendirikan Politeknik Wiratman, yang salah satunya bertujuan untuk mencetak lulusan teknik sipil yang handal dan mampu berkontribusi besar bagi kemajuan bangsa kelak.
“Saya bangga menjadi putri seorang ahli beton, ahli gempa, ahli konstruksi, namun saya justru lebih cinta pendidikan,” tegasnya
Video Conference
![]() |
1:1 Video Chat |
![]() |
Broadcast |
Agenda ALSI
Tokoh Sipil ITB & Indonesia
Ir. Bigman Marihat Hutapea, M.Sc., Ph.D.(Dosen Teknik Sipil ITB)
Jangan Sampai Praktisi Kita Jadi Penonton Di Rumah Sendiri! Empat…
Ir. I Wayan Sengara, MSCE, Ph.D. (Dosen Teknik Sipil ITB)
Halangan Bukan Alasan Untuk Menyerah! Adalah sosok-sosok…
Ir. Iwan Kridasantausa, M.Sc., Ph.D. (Dosen Teknik Sipil ITB)
Kenyataan bahwa teknik sipil akan terus berkembang di masa depan…